Sunday, September 27, 2009

Tips Hindari Rabies

Berkaitan dengan merebaknya kasus rabies di beberapa wilayah di Bali, Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr. Nyoman Sutedja menyerukan kepada pemilik anjing di Bali untuk memvaksin anjing peliharaannya dan tidak membiarkan mereka berkeliaran. Kepada masyarakat luas termasuk wisatawan, Sutedja juga menyampaikan beberapa kiat menghindari bahaya rabies. Kiat-kiat tersebut adalah:

  1. Menghindari gigitan anjing dengan menjauhi anjing liar.
  2. Jika terlanjur tergigit, segera cuci luka gigitan dengan sabun di bawah kucuran air mengalir selama
  3. 10-15 menit. Mencuci luka gigitan dengan sabun bisa menghilangkan 92 persen virus rabies karena dinding virus yang terbuat dari lemak rusak oleh sabun.
  4. Setelah dicuci, segera pergi ke dokter atau rumah sakit untuk mendapat vaksin untuk pembentukan antibody.


Hal penting lain yang juga harus dilakukan adalah jangan langsung membunuh anjing yang mengigit. Usahakan untuk menangkap anjing tersebut dan mengurung tau mengikatnya untuk memastikan apakah anjing tersebut menderita rabies atau tidak. Jika anjing mati dalam rentang kira-kira 10 hari setelah mengigit, dipastikan anjing tersebut tertular rabies.

Sementara itu, berkaitan dengan sempat langkanya ketersediaan vaksin antirabies (VAR) di seluruh rabies centre di Bali, Suedja bertindak cepat dengan mendatangkan vaksin tersebut dari Jakarta. Sabtu (26/9) lalu, Departemen Kesehatan RI telah memasok 1000 VAR untuk dibagikan kepada seluruh rabies centre yang ada di Bali juga untuk rumah sakit dan puskesmas yang ada di Gianyar.

Vaksin-vaksin tersebut akan dibagi secara merata untuk mengoptimalkan seluruh rabies centre yang ada di Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di RS Sanglah.

Friday, September 25, 2009

Setelah Bom, Flu Burung dan Flu Babi, Kini Rabies

Setelah reda di kabupaten Badung, wabah Rabies kini menjalar ke kabupaten Tabanan. Di kota yang terkenal sebagai lumbung padinya Bali itu, empat nyawa sudah melayang akibat gigitan anjing anjing yang terjangkit penyakit tersebut. Korban terakhir bernama Made Mastra (78). Kakek asal , asal Banjar Biaung Kelod, Desa Biaung, Penebel, Tabanan, tersebut meninggal setelah sempat dirawat selama 18 jam di Ruang Isolasi Nusa Indah, RS Sanglah, Denpasar.

Menurut Kepala Tim Penanggulangan Rabies RS Sanglah Prof.Dr.dr.Raka Sudewi, Sp.PD(K), Mastra positif mengidap rabies galak. Hal itu dilihat dari gejala klinis seperti gelisah, phobia terhadap air, cahaya, dan udara, serta air liur yang keluar terus-menerus. Mastra merupakan korban jiwa ke-11 akibat penyakit rabies di Bali yang merebak bulan November 2008.

Sebelum di Tabanan, penyakit Rabies merebak di daerah Badung bagian selatan. Diawali dari meninggalnya dua orang warga Jalan Uluwatu, Jimbaran, Kuta Selatan meninggal dunia beberapa pekan setelah tergigit anjing. Korban tersebut bernama I Nyoman Jama Asmara (46) meninggal pada 23 Maret 2009 dan Tukimah (46) meninggal pada 26 Maret 2009. Tak lama kemudian, menyusul beberapa korban lagi yang meninggal lantaran penyebab yang sama.

Untuk menangani hal itu Pemerintah Provinsi Bali mengeliminasi sebanyak 2.152 ekor anjing liar. Di kawasan wisata Kuta, tak kurang dari 154 anjing liar dieliminasi. Mereka dimusnahkan dengan cara menyuntik, menulup, dan meracun. Selain memusnahkan, Pemprov Bali pun melakukan vaksinasi masal anti rabies kepada 39 ribu ekor anjing di Bali. Meskipun begitu, virus anjing gila itu masih tetap menjadi ancaman.

Saat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Bali menetapkan empat daerah sebagai daerah terancam rabies. Empat daerah tersebut adalah Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Sutedja di Denpasar mengimbau masyarakat agar segera memvaksin anjingnya serta pergi ke dokter ketika digigit anjing. Berdasar catatan, ada 14.700 kasus gigitan anjing; dari angka itu, baru 5.800 vaksin antirabies habis.

Bagi kalangan pariwisata, jika tak segera ditanggulangi, kasus rabies ini tak ubahnya seperti teror yang menghambat kemajuan industri wisata. "Ini sama saja dengan teror bom. Sama-sama mengancam keselamatan. Namun, sama-sama bisa ditangkal apabila aparat yang berwenang bekerja dengan baik," ucap seorang manajer hotel di Sanur yang enggan disebutkan namanya.

Cara Mengurangi Risiko Rabies

  • Hindari gigitan anjing. Jauhi anjing liar
  • Jika tergigit, segera cuci luka bekas gigitan dengan sabun di bawah kucuran air mengalir selama 10-15 menit, agar dinding virus yang terbuat dari lemak rusak oleh sabun.
  • Segera ke dokter atau ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin untuk pembentukan antibody.

Korban Meninggal akibat Rabies di Bali
Sejak bulan November 2008
(dikutip dari Harian Radar Bali Kamis, 24 September 2009)

Putu Lingga (Badung)
Made Artana (Badung)
Ketut Wirata (Badung)
Thomas Aquino (Badung)
Tukimah (Badung)
Nyoman Jama Asmara (Badung)
Wayan Dianyana (Tabanan)
Dwi Kartika sari (Tabanan)
Made Mastra (Tabanan)

Thursday, September 24, 2009

Meski Libur Lebaran Usai, Tanjung Benoa Masih Ramai

Liburan Lebaran sudah berakhir, namun pantai Tanjung Benoa masih tetap ramai pelancong. Di kawasan wisata yang menyediakan berbagai wahana olahraga air tersebut, pengunjung bisa mencapai 1000 orang per hari. Dari jumlah itu, 80 persen adalah pelancong domestik. Sisanya, pelancong mancanegara. Di Benoa mereka menikmati berbagai olahraga air seperti banana boat, parasailing, jet ski, flying fish, dan dive walker yang dikelola oleh Benoa Tirta Harum (BTH).

Menurut Ilsa Sopamena, Sales & Marketing Manager BTH, kepadatan pengunjung itu dimulai sejak Sabtu (19/9/2009) lalu, dan diperkirakan masih bertahan hingga Sabtu (26/9) mendatang. Para pelancong tersebut sebagian besar memilih banana boat, parasailing, dan jet ski untuk mereka jajal. Tak jelas kenapa tiga wahana itu yang menjadi favorit mereka. Ilsa menduga, banana boat dipilih karena permainan tersebut bisa dilakukan dengan beramai-ramai. Sekaligus enam orang.

“Kalau jetski, memang BTH rajanya jetski. Orang yang ingin bermain jetski di Bali, sebagian besar datang ke mari,” papar Ilsa. Dalam enam bulan, imbuhnya, mereka membeli sepuluh unit jet ski baru.

Sedangkan parasailing dipilih karena permain tersebut menantang. Apalagi tempat take off dan landing-nya di pontoon, yaitu semacam kapal dengan permukaan yang datar. Parasailing adalah permainan di mana pemainnya bergantung pada sebuah parasut lalu ditarik oleh speed boat dengan kecepatan tinggi sehingga melayang di udara. Biasanya, take off-nya di atas pasir di bibir pantai. Begitu pula landing-nya, empat orang petugas akan menangkap si pemain. Kali ini, oleh BTH tempat take off dan landing-nya dipindah ke atas pontoon. Jadi lebih menegangkan.

“Pendaratan harus lebih fokus supaya tak tercemplung ke laut,” papar Ilsa sembari menerangkan bahwa sejauh ini hampir semua pemain parasailing di BTH berhasil landing dengan mulus. (abe/jjb)

Tuesday, September 22, 2009

Menu Taliwang Anti Global Warming

Rusaknya lingkungan alam kita saat ini membuat konsep “green” layak diusung oleh sebanyak mungkin kalangan. Tak terkecuali warung makan. Karena itu, ketika Green Waroeng Pondok Taliwang buka di Jalan D.I. Panjaitan, Denpasar, banyak kalangan berduyun datang bertandang. Selain untuk menyicipi menu-menu yang tersedia, juga sebagai ungkapan dukungan terhadap semangat warung ini dalam pelestarian alam.

Wirawan, pemilik warung ini, sadar betul bahwa bagi pembeli, yang utama dari sebuah warung makan tentu cita-rasa masakannya. Konsep penyajian dan kemasan adalah pendukung cita-rasa tersebut. Untuk itu, dia menyediakan sajian-sajian yang ia jamin semuanya memanjakan lidah. Ada ayam, gurami, udang, cumi-cumi, kepiting, soka, lobster yang semuanya diramu dengan bumbu-bumbu ala Taliwang yang lezat. Semua bahan dan bumbu dijamin segar. Racikan-racikan makanan pun dijamin bebas bahan pengawet dan penyedap buatan seperti Monosodium Glutamat (MSG).

Soal rasa, hidangan di warung ini tergolong enak. Memang bumbu ayam Taliwang tak semenyengat bumbu ayam Taliwang kebanyakan. “Itu kami sengaja. Kami telah melakukan uji rasa ke beberapa kalangan dari kultur yang berbeda, rasa yang paling moderat adalah yang kami sajikan ini,” ucap Wirawan menjelaskan.

Lalu, di mana konsep green-nya?

“Pertama, semua proses pengolahan dari pembuatan makanan sampai penanganan limbahnya kami upayakan ramah lingkungan. Kedua, bahan bakar yang kami gunakan sedapat mungkin bahan bakar terbarukan. Bahkan, pelan-pelan kami tengah mengupayakan penggunaan kompor atau peralatan lain bertenaga matahari,” papar Wirawan.

Selain itu, imbuh Wirawan, suasana dan aktivitas yang terselenggara di warung ini diupayakan agar selalu mengembuskan semangat pelestarian lingkungan. Karena itu, Green Waroeng Pondok Taliwang memberi penghargaan terhadap para pelanggan loyal. Penghargaan itu berupa ‘Green Card’ untuk mendapat potongan sepuluh persen setiap kali makan di situ.

“Bagi kami, setiap pelanggan yang makan di warung ini adalah penyelamat lingkungan yang harus kami apresiasi dengan cara kami,” tandas Wirawan.

Lokasi Green Waroeng Pondok Taliwang berada di ruas jalan baru yang menghubungkan Jalan Raya Puputan Barat dan Jalan Tantular, Renon. Di areal seluas 400 meter persegi itu terdapat delapan pondok lesehan yang dapat menampung total 42 orang ditambah satu bangunan yang menampung 30 kursi. Warung ini buka setiap hari pada pukul 09.00 – 22.00 Wita.

Soal harga? Cukup bersahabat dengan kantongmu. Satu porsi Ayam Taliwang misalnya, dibandrol dengan harga Rp28 ribu. Itu yang dengan ayam utuh. Yang ayamnya setegah, diandrol dengan harga Rp17 ribu. Harga menu lainnya? Yaaaah, segitu-segitu jugalah.

Pondok Taliwang juga menerima pesanan untuk prasmanan maupun dengan kemasan kotak. Untuk prasmanan dipatok dengan harga Rp 35 ribu per kepala, sedangkan dengan kemasan kotak dipatok Rp 17,5 ribu dan Rp 28 ribu.

Alamat Green Waroeng Pondok Taliwang:
Jl. DI Panjaitan, Renon
Tel: 0361 2082548